Siswa PLN
pembidangan humas angkatan 53 Hari Kamis (28/7) ini melakukan site visit di Laboratorium Udiklat
Bogor. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari materi yang ditujukan bagi
calon pegawai-pegawai PT PLN (Persero), dimaksudkan agar mampu mengenali PLN
lebih jauh sebelum benar-benar diangkat menjadi pegawai PLN.
Bersama Bapak
Yahya Santoso selaku instruktur yang membimbing kami,pagi itu kegiatan dimulai
dengan penjelasan dari beliau tentang proses listrik dari pembangkitan,
transmisi hingga didistribusikan kepada pelanggan. Penjelasan berlangsung seru
dan tidak membosankan, beliau mampu mengangkat suasana saat itu, memberi
penjelasan disertai dengan candaan-candaan khas beliau. Sampai tiba saatnya
waktu untuk istirahat.
Pukul 13:30 kami
mulai keluar dari kelas dengan membawa buku catatan seperlunya dan juga kamera.
Perjalanan kami dimulai dari Gedung Soetomo. Di sana merupakan gedung yang menyimpan
berbagai alat penampang dan perlengkapan mengenai transmisi. Di luar gedung
terdapat banyak macam trafo, yaitu alat pengatur tegangan listrik yang biasa
ditempatkan di jalur transmisi. Berguna untuk menurunkan tegangan di gardu
induk listrik. Trafo juga terdiri dari trafo step up dan trafo step down. Trafo
step up berguna untuk menaikkan tegangan, biasa digunakan di gardu induk yang
berasal dari pembangkit. Sedangkan trafo stepdown berguna untuk menurunkan
tegangan, biasa digunakan di gardu induk yang menuju gardu distribusi.
Masih di gedung
yang sama, kami juga dijelaskan mengenai gardu pengatur beban milik Udiklat
Bogor. Di dalam ruangan yang kira-kira berukuran 3x3 itu, terdapat trafo,
sekring dan saklar. Mendengar namanya, ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi
yang sering kami lihat di rumah. Sekring dan saklar di sini berukuran besar,
karena harus mengatur tegangan yang cukup tinggi untuk menyuplai Udiklat Bogor,
yaitu sebesar 20000 volt atau 20KV. Dari 20KV listrik tersebut, masuk ke gardu
yang berukuran 3x3 itu diturunkan menjadi 400 volt, dan distribusikan ke seluruh
bangunan dan infrastruktur Udiklat Bogor yang membutuhkan listrik. Udiklat
Bogor menggunakan 3 fasa, jadi jika salah satu atau bahkan dua fasanya mati,
aliran listrik di Udiklat Bogor tidak akan “mati lampu”.
Kemudian kami
melanjutkan menuju Gedung Soetami. Gedung itu merupakan laboratorium
pembangkit. Terdapat mesing
penggerak/pembangkit berupa diesel yang ukurannya cukup besar, mungkin sebesar
bis kota yang biasa kami lihat. Kekuatannya adalah 10 silinder, yang mampu
bergerak dan mampu menghasilkan listrik maksimal 4 MW. Besar kecilnya listrik
yang dihasilkan, bergantung dengan besar generator yang digerakkannya. Mesin
itu berbahan bakar solar industri, yang lebih kental dari solar biasa. “Sekali
menyala dalam waktu kurang dari satu menit, sudah mampu menghabiskan solar
sebanyak 100 liter”, ungkap Bapak Yahya saat itu.
Di tempat itu
juga terdapat berbagai piranti pendukung di tempat pembangkitan seperti mesin
turbo charger, dan berbagai pernik instalasi yang disematkan di mesin-mesin
pembangkit PLN. Di akhir pertemuan, kami dihadapkan pada dua buah diesel
caterpillar yang berguna sebagai back up tenaga listrik jika aliran yang
berasal dari jaringan transmisi PLN mati. Diesel itu otomatis akan menyala dan
mengaliri listrik ke seluruh wilayah Udiklat Bogor. Sebelum kami mengakhiri
perjalanan waktu itu, Bapak Yahya Santoso berkenan menunjukkan kepada kami
bagaimana diesel bekerja. Beliau bersedia menghidupkan mesin tersebut. Dengan
bantuan dua staf nya, diesel tersebut beroprasi. Mengeluarkan bunyi khas
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel, bunyi yang keras dan juga bau asap hasil
emisi dari mesin tersebut.
Dengan
berakhirnya perjalanan di Gedung Soetami tersebut, berakhir pula perjalanan
site visit kami hari itu. Kami menyempatkan berfoto-foto di ruangan pembangkit
yang penuh dengan mesin-mesin besar tersebut. Dan tak lupa kami juga mengajak
foto bersama Bapak Yahya Santoso, sebelum berpamitan dan mengakhiri kelas hari
itu.
#HumasPLNproject #SiswaPrajabatan #UdiklatBogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar