Jumat, 22 Juli 2016

Catatan Singkat Siswa Prajabatan Humas PLN ke Tanah Merah

Pagi itu Rabu 20 Juli 2016, kami 16 Siswa Prajabatan Humas PLN melaksanakan pembelajaran di Distribusi Jakarta Raya (Disjaya). Kami mendapatkan tugas untuk melakukan liputan lapangan di empat tempat di Jakarta, antara lain adalah di Kantor Distribusi (KD), Area Menteng, Area Bandengan dan Area Tanjung Priok. Siswa Prajabatan Humas PLN 53 dibagi menjadi empat kelompok, beberapa dari kami mendapatkan jatah untuk meliput di Area Tanjung Priok, dan Kali ini kami akan berbagi tentang pengalaman liputan kami di Area Tanjung Priok.
Sampai di kantor Area Tanjung Priok, kami disambut oleh Pak Dwi selaku penanggungjawab P2TL  untuk Area Tanjung Priok. Di sana kami fokus berdiskusi tentang kompleksnya permasalahan di Tanah Merah. Mulai dari penyambungan listrik yang illegal, hingga konflik kepemilikan tanah. Dan saat itu kami tertarik dengan banyaknya warga Tanah Merah yang terkena P2TL. Setelah dirasa cukup, kami ditugaskan untuk turun langsung ke lapangan meliput ke Tanah Merah yang kebetulan waktu itu sedang ada kegiatan pemutusan listrik oleh petugas PLN.
Sesampainya di Tanah Merah, kami disambut dengan jalan berlubang dan genangan air bekas hujan yang masih terperangkap. Banyak terlihat rumah warga yang tidak memiliki meteran listrik, dan tumpukan-tumpukan sampah yang sudah tidak baru lagi. Banyak warga berkerumun melihat kedatangan kami dengan baju hitam putih berdasi lengkap dengan sepatu pantofel. Kami mencoba menyapa warga dengan pendampingan Bapak Irwan pegawai PLN dari Area Tanjung Priok yang tahu banyak tentang permasalahan listrik di Tanah Merah.
Kami menemui beberapa petugas pelaksana teknis PLN yang didampingi oleh petugas kepolisian. Ada lebih dari 10 petugas pelaksana teknis yang bertugas saat itu. Mereka melakukan pemutusan sambungan bagi warga yang belum telah melewati masa tenggang dari pelaksanaan P2TL, dan juga melakukan pemantauan kondisi listrik sambungan-sambungan listrik warga yang malang melintang di gang-gang kampung di Tanah Merah. Selain itu, petugas juga menerima pendaftaran bagi warga yang ingin langsung mendaftarkan diri sebagai pengguna listrik yang sah dan sesuai dengan aturan Negara. Yaitu memasang meteran, dan membayar sejumlah uang untuk menjaga agar aliran listrik tetap mengalir.
Warga Tanah Merah hampir 100% adalah warga pendatang dari luar daerah, bahkan dari luar Pulau Jawa. Pak Nursalim salah satu warga Tanah Merah asal Nusa Tenggara Barat, sudah menetap di Tanah Merah sejak tahun 1999. Beliau termasuk salah satu dari beberapa warga yang memulai dibangunnya pemukiman warga di Tanah Merah. Dinding triplek dan bambu adalah bahan utama pembangunan. Meskipun kini sudah banyak juga warga yang membangun rumahnya secara permanen.
Ketika ditemui saat itu, Pak Nursalim mendaftarkan diri untuk pasang baru. Kami tanyakan kenapa beliau baru memutuskan untuk pemasangan sekarang, beliau mengungkapkan ada rasa trauma karena beberapa kali ditipu oleh oknum yang mengaku bisa memasangkan listrik secara legal yang ternyata uang yang dibayarkan dibawa kabur dan entah dimana. Beliau baru berani memasang setelah ada kesepakatan dengan seluruh warga yang dipimpin oleh ketua RT setempat.
Setelah beberapa saat berinteraksi dengan warga dan melihat keadaan sekitar, kami memutuskan untuk mengakhiri perjalanan siang itu. Dan kami kembali berjalan menuju kendaraan kami untuk melaksanakan perjalanan menuju Area Tanjung Priok.

Banyak hal yang bisa kami pelajari di sana, utamanya tentang perjuangan hidup dan bagaimana mensyukuri apa yang sudah kita dapatkan dalam kehidupan kita. Masih banyak saudara kita di luar sana yang hidup dengan penuh kesederhanaan, dan perlu perjuangan keras untuk bertahan hidup. Mereka melakukan penyambungan illegal bukan semata-mata niat untuk membebaskan diri dari kewajiban sebagai Warga Negara Indonesia, namun karena sengketa tanah yang mereka tinggali dan tak kunjung usai, hingga menarik masalah-masalah lain dan menjadi masalah yang kompleks di kompleks Tanah Merah. Bersyukurlah kawan…
#HumasPLNProject #SiswaPrajabatan #PLNUdiklatBogor #PLN53

1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus